BANDUNG – Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai macam suku , agama , ras serta budaya. Di negeri yang terletak di garis Khatulistiwa ini , Indonesia banyak menyimpan berbagai sumber daya alam dan juga sumber daya manusia yang melimpah. Dengan penduduk yang begitu banyak dan juga memiliki latar belakang budaya , agama serta suku yang berbeda-beda , kerapkali bangsa ini di hadapkan pada satu kondisi dimana persatuan berada diujung tanduk.
Solusinya , mencari satu pegangan yang mana bisa dijadikan sandaran untuk mempersatukan banyak masyarakat dan juga kepentingan didalamnya.
Maka dari itulah lahir semboyan negara kita Bhinneka Tunggal Ika , berbeda-beda namun tetap satu jua. Seiring berjalanya waktu , persatuan Indonesia banyak menghadapi ancaman , entah ancaman eksternal maupun internal. Sejak kemerdekaan , bangsa ini sudah mengalami 2 kali invasi militer oleh Belanda , pemisahan diri oleh Timor Timor , konflik separatis diberbagai wilayah , dan kondisi politik dalam negeri kita.
Politik dalam negeri kita pun sering berada dalam keadaan tidak stabil , terutama pasca kemerdekaan dimana kita berganti-ganti sistem pemerintahan mulai dari terpimpin , parlementer sampai demokrasi Pancasila. Zaman Orde Baru semua tersentralisasi pada pemerintah pusat yang di pegang oleh The Smiling General , Soeharto , dan masa saat ini , era reformasi , demokrasi di indonesia sudah dianggap cukup matang dan jauh lebih baik di bandingkan era – era sebelumnya.
Namun , walaupun keadaan demokrasi di negara kita semakin tahun semakin membaik , ada satu hal yang tak dapat dilepaskan dari perjalanan politik di Indonesia , yaitu Politik Identitas. Kita mungkin baru familiar dengar kata Politik Identitas di sekitaran tahun 2017 dimana pada saat itu dilaksakan Pemilu Gubernur DKI Jakarta.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya