BANDUNG — Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Nina Susana Dewi mengakui, jumlah angka kematian ibu (AKI) hingga saat ini masih terbilang tinggi dan bahkan diatas rerata nasional.
Dari 1000 kelahiran setiap tahun ada sekitar 147 ibu meninggal, kala menjalani persalinan akibat beberapa faktor, terbanyak akibat pendarahan berlebih. Guna menyiasati persoalan tersebut, pihaknya menyambut baik kerjasama pemerintah pusat bersama Jhpiego yang merupakan organisasi kesehatan nonprofit internasional, dalam menekan angka kematian ibu melalui Kementerian Kesehatan.
Nina berharap, dengan adanya mitigasi tersebut dapat mengurangi persoalan tersebut di Jawa Barat pada saat ini. Khususnya di tiga daerah yakni Kabupaten Karawang, Kota Bandung dan Kabupaten Bogor yang memiliki jumlah penduduk terbilang tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami sangat mendukung proyek ini, karena efeknya sangat luar biasa bagi penurunan angka kematian ibu dan juga stunting. Dalam tiga kota dan kabupaten tersebut, contohnya Karawang dengan ada kegiatan ini di 2021-2022 bisa menurunkan angka, termasuk stunting. Ini sudah dilaporkan ada penurunan. Keberhasilan ini kita akan replikasi ke kabupaten dan kota lain. Insya Allah kita optimistis bisa menurunkan, walaupun tidak drastis tapi berlanjut sampai target tercapai,” ujarnya di Gedung Sate, Rabu (7/12/2022).
“Angka kematian ibu di Jawa Barat masih 147 (jiwa), padahal target maksimal 87. Kita masih tinggi di Indonesia, termasuk stunting. Untuk angka kematian bayi kita sudah tercapai (target). Tapi kalau kematian ibu masih jauh. Dari 1000 kelahiran, di Jawa Barat masih 14. Masih tinggi, jauh dari nasional. Ada beberapa faktor penyebab, dulu karena lambat diagnosa, dirujuk atau ditindak. Waktu Covid-19, 40 persen karena Covid. Paling banyak karena pendarahan,” imbuhnya.
Halaman : 1 2 Selanjutnya