Di tengah perkembangan intermediasi keuangan tersebut, risiko kredit perbankan di Jawa Barat masih pada level yang manageable dan membaik dari periode sebelumnya dengan indikator Non-Performing Loan (NPL) gross Desember 2022 sebesar 3,25% (Desember 2021: 3,69%).
Sementara dari penetrasi pasar modal di Jawa Barat, jumlah Single Investor Identification (SID) tercatat bertumbuh 45% menjadi sebanyak 2,29 juta atau 22,3% dari total SID Nasional dan menempati posisi pertama yang didominasi oleh investor ritel. Adapun transaksi saham per Desember 2022 mencapai Rp446 triliun atau sekitar 9,2% dari transaksi Nasional.
Senada dengan nasional, jumlah restrukturisasi kredit Covid-19 Perbankan di Jawa Barat juga semakin melandai di angka Rp78,3 Triliun atau 14,3% dari total kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh Perbankan Jawa Barat. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar 23% dibandingkan kredit restrukturisasi di tahun 2021 seiring mulai bangkitnya dunia usaha dan pelonggaran kebijakan PPKM.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Adapun untuk tahun 2023, OJK optimis bahwa tren positif kinerja sektor keuangan akan berlanjut. Kredit Perbankan diproyeksikan tumbuh sebesar 10% s.d. 12%, didukung pertumbuhan Dana Pihak Ketiga sebesar 7% s.d. 9%. Di Pasar Modal, nilai emisi ditargetkan sebesar Rp200 Triliun dan dapat mencapai nilai lebih besar dalam hal didukung oleh kondisi perekonomian yang semakin membaik. Di sektor Industri Keuangan Non Bank (IKNB), piutang pembiayaan dari Perusahaan Pembiayaan diproyeksikan tumbuh 13% s.d. 15% sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat. Sementara, aset asuransi jiwa dan asuransi umum diperkirakan tumbuh sebesar 5% s.d. 7% di tengah program reformasi yang dilakukan OJK. Selain itu, aset Dana Pensiun diperkirakan juga tumbuh 5% s.d. 7%.