(EDISI RAMADHAN) — Ramadhan adalah madrasah. Ruang belajar yang harus dimasuki manusia. Ruang didik yang harus diduduki manusia. Di dalamnya, terdapat banyak pelajaran tentang perbaikan diri; tentang pengembangan rasa, dan tentang peluasan persepsi. Dengan menyelaminya, manusia bisa memasuki reaktualisasi diri, yang akan menyegarkan sekaligus membarukan cara kerja jiwanya selama ini.
Hal-hal yang kita sepelekan atau abaikan, tiba-tiba menjadi begitu berharga di bulan penuh berkah ini. Level apresiasi kita bertambah dan meningkat. Hanya saja, peningkatan itu terjadi sesaat dan cenderung tidak dikenali. Setelah berbuka, atau setelah Ramadhan berlalu, peningkatan itu akan terlupakan begitu saja, seperti yang sudah-sudah. Untuk lebih jelas, mari kita bahas bersama.
Manusia, pada umumnya, adalah makhluk yang mudah takjub dan heran. Akal pikirannya akan bekerja, bertanya-tanya, dan berusaha memahami suatu peristiwa menakjubkan atau benda aneh di depannya. Misalnya, ketika kita pertama kali melihat pesawat terbang, kita takjub dan heran, seakan-akan bertanya, bagaimana mungkin benda sebesar dan seberat itu bisa terbang; bagaimana caranya; siapa yang membuatnya, dan pertanyaan-pertanyaan sejenis lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, ketika kita sudah sering melihatnya, ketakjuban kita perlahan-lahan memudar, kita tidak lagi menanyakan pertanyaan-pertanyaan seperti itu, bahkan kita tidak lagi mempedulikannya. Dengan demikian, ketakjuban dan daya kritis manusia bisa memudar dengan mudah tanpa perlu mendapatkan jawaban memuaskan.
Halaman : 1 2 3 4 5 Selanjutnya