Sayyidina Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, “mâ min syai’in ahabbu ila Allah min syâbb tâ’ib—tidak ada yang lebih disukai Allah daripada seorang pemuda yang bertobat” (Sayyid Abdul Aziz al-Darani, Thahârah al-Qulûb wa al-Khudlû’ li ‘Allâm al-Ghuyûb, 2003, h. 152).
Pertanyaan Sayyidina Umar harus dipahami sebagai caranya mendidik dan memberi pelajaran, seakan-akan ia sedang mengukur kedalaman istiqamah pemuda tersebut. Sayyidina Umar sudah melakukan kegiatan mendatangi masjid di waktu sahur sejak lama. Jika ia tidak melakukannya, tentu ia tidak akan tahu kebiasaan pemuda tersebut. Karena itu, pertanyaannya adalah bentuk pendidikan. Ia ingin menjaga istiqamah pemuda tersebut.
Bagi orang yang telah bertahun-tahun lamanya melakukan kegiatan tersebut, mungkin Sayyidina Umar telah melihat banyak pemuda yang muncul dan pergi. Untuk beberapa saat mereka sangat rajin, di saat lainnya mereka tak lagi terlihat batang hidungnya. Kembali ke pembahasan awal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bulan Ramadhan adalah bulan ampunan. Karena itu, Sayyid Abdul Aziz al-Darani mendorong umat Islam, khususnya para pemuda untuk memasrahkan dosa-dosanya kepada Allah, dengan tobat yang sungguh-sungguh.
Rasulullah SAW bersabda:
من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدّم من ذنبه
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadan karena iman dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu” (HR. Imam al-Bukhari).
Kemudian, Sayyid Abdul Aziz al-Darani menyampaikan nasihatnya kepada kita. Katanya:
يا من يطمع أن يلحق بالعاملين وهو راقد في مهاد الغافلين, فارق أوطان غفلتك فلعلك تصحو من سكرة فترتك
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya