(Edisi Ramadhan) — Ramadhan kali ini sangat berbeda dengan Ramadhan sebelumnya. Kita dihadapkan dengan keadaan yang asing lagi aneh. Dalam keadaan seperti ini, kita perlu merenung dan mengambil hikmah dari keadaan yang sedang kita hadapi, dan bergerak maju untuk mengenali segala dosa dan kekurangan yang ada pada diri kita.
Untuk itu, kita perlu merenungi pintu tobat yang ada di depan kita, dan memasukinya. Renungan tobat ini akan diawali dengan kisah sederhana yang disampaikan Sayyid Abdul Aziz al-Darani. Berikut kisahnya:
وغضب بعض الملوك علي وزيره فأرد أن يصرفه عن خذمته ويبعده عن حضرته, فقال له الوزير: إن كان ولابد فرد عليّ ما أنفقته في خذمتك, فقال: ما هو؟ قال: شبابي رده عليّ فقد أنفقته في خذمتك فأعجب الملك ذلك ورضي عنه
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Seorang raja marah pada menterinya, ia ingin memecatnya dari pengabdiannya dan menyingkirkannya dari kekuasaannya. Kemudian menteri itu berkata pada raja: ‘Jika pemecatan ini terjadi, kembalikan padaku segala yang kukorbankan untuk mengabdi kepadamu.’
Raja bertanya: ‘Apa itu?’ Sang menteri menjawab: ‘Masa mudaku. Tolong kembalikan semua masa mudaku yang telah kuhabiskan untuk mengabdi kepadamu.’ Sang raja terkejut mendengar jawaban itu dan tidak jadi marah pada menterinya” (Sayyid Abdul Aziz al-Darani, Thahârah al-Qulûb wa al-Khudlû’ li ‘Allâm al-Ghuyûb, Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, 2003, h. 154).
Apa maksud Sayyid Abdul Aziz al-Darani memasukkan kisah di atas dalam kitabnya? Kita akan uraikan perlahan-lahan. Dengan memasukkan kisah di atas, Sayyid Abdul Aziz al-Darani ingin menekankan pentingnya masa muda, bahwa tobat tidak melulu harus dilakukan ketika sudah tua.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya