BANDUNG – Pada peringatan Hari Kemerdakaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1966 silam. Presiden Soekarno menyampaikan pesan yang fenomenal, Jas Merah. Akronim dari ‘Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah’.
Tujuannya sederhana, agar seluruh masyarakat di Indonesi di masa depan agar jangan sampai melupakan perjuangan para pahlawan, yang rela berkorban harta hingga nyawa hanya demi memerdakakan diri dari penjajahan dan perbudakan bangsa asing.
Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Ono Surono mengatakan, dengan adanya semboyan Jas Merah ini. Sudah seharusnya anak bangsa mengenang dan mengingat, bagaimana tokoh dan pahlawan bangsa masa lalu bahu membahu, mempererat hubungan emosional guna melawan kolonial.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Termasuk akan kiprah Bapak Proklamator Soekarno, dalam merangkul semua golongan menyamakan persepsi, visi dan misi untuk mewujudkan Indonesia yang merdeka. Salah satunya ketika Bung Karno membaurkan diri bersama organisasi Islam Muhammadiyah.
Sehingga ketika mengikuti diskusi kebangsaan yang digelar DPD Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Jabar baru-baru ini, Ono merasa seolah tengah mengalami fase kehidupan Bung Karno kala berada di lingkungan Muhammadiyah.
“Ada cerita, bagaimana Bung Karno tertartik dengan Muhammadiyah. Beraktivitas. Walaupun sempat bersitegang dengan Buya Hamka, tetapi di ujung hayatnya meminta Buya mengimami dan mensholatkannya. Ini menunjukkan, bahwa selama hidup Bung Karno selalu ingat. Maka anak muda harus memiliki komitmen, untuk memegang teguh Jas Merah,” ujarnya.
Penulis : Ton
Editor : Maura Dzakiya
Halaman : 1 2 Selanjutnya