BANDUNG – Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Barat Noneng Komara Nengsih membeberkan, kenaikan harga komoditas barang pokok yang cenderung naik kadang diakibatkan oleh masyarakat sendiri dan bukan karena kelangkaan.
Kecenderungan menimbun barang karena takut kehabisan atau panic buying, akhirnya dimanfaatkan oleh oknum pedagang atau distributor nakal untuk memainkan harga, sehingga menjadi naik. Maka dari itu dia meminta kepada masyarakat, untuk jangan membiasakan diri panik dan membeli barang sesuai kebutuhan.
Terlebih pada saat ini, kenaikan harga yang terjadi rerata bukan karena pasokan langka maupun pendistribusian terhambat. Sebab dari hasil pemantauan, semua komoditas tersedia dengan jumlah yang memadai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Pasokan kuat, ada sebetulnya. Tapi psikologi demand seringkali menyebabkan ada permintaan berlebihan. Pedagang pasti oportunis, melihat peluang. Jadi dinaikkan. Jangan ada panic buying. Suplai ada. Membeli sesuai yang dibutuhkan. Penyebab harga naik enggak ada, karena demand agak panik secara psikologis takut enggak kebagian. Jadi dimanfaatkan. Menurut saya jangan di blow up ada kenaikan. Semua tersedia, aman,” ujarnya belum lama ini.
Sementara mengenai inflasi, Noneng mengibaratkan seperti air. Tetap harus ada, namun tidak boleh kurang maupun lebih.Terpenting kata dia, adalah menjaga daya beli masyarakat. Meski harga barang naik, namun masih dalam tahap wajar. Menurutnya hal tersebut lumrah terjadi, sebagai insentif bagi produsen.
“Kenaikan harga juga insentif bagi pengusaha. Memperlihatkan dinamika untuk ekonomi, ada sisi bagus. Asal terbeli. Meningkatkan daya beli. Menjaga stabilitas harga, bukan berarti menghilangkan kenaikan harga. Tetapi terjaga, stabil. Inflasi kayak air, enggak boleh enggak ada tapi juga enggak boleh berlebih,” tutupnya.
Penulis : Ton
Editor : Maura Dzakiya