Ia menjelaskan, pengolahan sampah di sini dibantu Karang Taruna. Mereka yang membuat incinerator dan jadi pengumpul sampah anorganik juga. Pihak RW hanya membantu untuk sosialisasi dan mendukung program mereka.
“Alhamdulillah incinerator ini pun akhirnya bisa dibangun dari hasil swadaya masyarakat dan donatur yang benar-benar membatu warga di sini,” tuturnya.
Meski ia akui tidak mudah dalam menyosialisasikan pembangunan incinerator. Ada warga yang pro dan kontra. Namun, perlahan setelah mengetahui manfaatnya, warga pun lebih banyak yang mendukung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Mungkin karena dulu masyarakat belum tahu dan belum terasa manfaatnya. Masih ada yang takut juga kalau ini berbahaya bagi kesehatan,” akunya.
Judy Hermawan, Camat Bojongloa Kidul menambahkan, di Kecamatan Bojongloa Kidul sudah ada 6 kawasan bebas sampah (KBS) dengan sistem pengolahan sampah yang berbeda-beda. Salah satunya di Kelurahan Cibaduyut RW 08 yang menggunakan metode incinerator.
“Ini ide murni dari putra-putra terbaik masyarakat kami. Mereka menciptakan alat incinerator untuk pengolahan sampah dengan sistem pembakaran. Produk ini juga sudah lolos uji emisi, sehingga aman untuk lingkungan dan terus berprogres jadi lebih baik,” terang Judy.
Selain dari wilayah lain, Satgas Citarum Harum juga memesan beberapa unit incinerator buatan Yosep. Menurutnya, dengan hadirnya incinerator ini bisa meningkatkan potensi lapangan kerja.
Menurut salah satu warga RW 08, Nunung, pemilahan sampah di lingkungannya sudah berjalan sangat baik.
Ia sudah memilah sampah selama 10 tahun. Sampah anorganik ia serahkan ke Karang Taruna untuk dibawa ke Bank Sampah. Sedangkan sampah organik, Nunung olah sendiri untuk dijadikan pupuk cair.
Penulis : adi
Editor : Dhardiana
Halaman : 1 2 3 4 5 Selanjutnya