SUMEDANG – Produksi jeruk di dunia diperkirakan berkisar hingga 53,84 juta ton/tahun. Produksi yang besar ini kemudian menyumbangkan limbah kulit jeruk hingga 2,8 juta ton/tahun. Limbah yang tidak ditangani dengan baik sangat berpotensi mencemari lingkungan.
Menurut Guru Besar Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Euis Julaeha, dra., M.Si., limbah buah jeruk, seperti kulit dan biji, memiliki kandungan kimia yang bermanfaat.
Salah satu kandungan dalam kulit jeruk adalah minyak asiri. Minyak asiri dari kulit jeruk merupakan metabolit sekunder yang terdiri atas mono, seskui terpene, dan terpene teroksigenasi. “Telah banyak dilaporkan bahwa minyak asiri ini mempunyai aktivitas biologi sebagai antimikroba, antinyamuk, antioksidan, aromaterapi, insektisida, antikanker, dan antiinflamasi,” tutur Prof. Euis saat menjadi pembicara pada diskusi Satu Jam Berbincang Ilmu “Aplikasi Zat Bioaktif Genus Citrus Terenkapsulasi untuk Bidang Kosmetikotekstil” yang digelar Dewan Profesor Unpad secara virtual, Sabtu (20/8/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain dari kulit, minyak asiri juga bisa diperoleh dari biji jeruk. Biji jeruk juga dapat menghasilkan minyak non-asiri yang merupakan metabolit sekunder dan memiliki aktivitas biologi sebagai insektisida, antioksidan, dan antimikroba. Beberapa komponen dari jeruk lainnya yang bisa menghasilkan minyak asiri adalah kulit kayu, akar, daun, dan bunga.
Lebih lanjut Prof. Euis menjelaskan, minyak asiri pada jeruk dapat diperoleh dengan menggunakan berbagai metode, baik berupa metode konvensional serta metode nonkonvensional. Pada metode konvensional, yang paling banyak digunakan adalah melalui hidrodistilasi menggunakan air.
Halaman : 1 2 Selanjutnya