“Kemarin itu kita bisa kumpulan kurang lebih sekitar Rp32 juta,” tuturnya.
Bahkan, saat Iduladha, warga nonmuslim juga turut ikut menyumbangkan beberapa sapi. Para pastor dan pendeta juga ikut membantu memotong daging kurban.
“Saat kurban pun dari nonmuslim itu memberikan empat ekor sapi untuk dibagikan. Bahkan, para pastur dan pendeta ikut memotong daging bersama kami,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sementara itu, kerukunan antaraumat pun terasa di Lengkong Kecil. Menurut Camat Lengkong, Aniya Rachmawati Soerya Poetri, pada awalnya masyarakat sudah membangun gereja pada tahun 1933, lalu vihara tahun 1946, dan masjid di tahun 2014.
“Lokasinya pun berdekatan, sehingga kita memang sudah terbiasa berbaur dan saling dukung satu sama lain dalam kegiatan ibadah masing-masing,” kata Aniya.
Serupa dengan Aniya, Ketua Kampung Toleransi Lengkong, Rini Ambarwulan menuturkan, saat ini Kampung Toleransi Lengkong telah diresmikan sebagai Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).
“Diharapkan kampung toleransi ini bisa dikunjungi oleh wisatawan dalam dan luar negeri. Kemarin itu baru diresmikannya,” paparnya.
Untuk merekatkan hubungan warga di sana, setiap empat bulan sekali diadakan agenda bersama seperti donor darah.
“Kita juga ada agenda bersama. Pun jika ternyata ada agenda ibadah dalam satu hari bersamaan, kita bedakan waktunya, ganti-gantian,” imbuhnya.
Halaman : 1 2