BANDUNG – Stunting atau gagal tumbuh masih menjadi persoalan utama pemerintah, termasuk Provinsi Jawa Barat guna mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Penjabat (Pj) Gubernur Bey Triadi Machmudin tidak menampik, kendati ada penurunan signifikan di Jawa Barat dari 2021 sekitar 24,5 persen dan menjadi 20,2 persen di 2022. Tidak mudah untuk mengeliminir stunting di Jabar, guna membantu target penurunan skala nasional menjadi 14 persen di 2024 mendatang. Sebab pada saat ini, prevalensi stunting di Indonesia masih di angka 21,6 persen.
Maka dari itu kata dia, guna mengejar target prevalansi stunting Indonesia menjadi 14 persen di 2024, dibutuhkan kolaborasi semua pihak. Tidak hanya pemerintah pusat, provinsi maupun kota/kabupaten, tetapi juga lembaga lain dan tentunya masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mengingat, ada empat intervensi yang harus dilakukan dalam menekan stunting. Yakni intervensi spesifik, intervensi sensitif, intervensi pendukung dan intervensi terintegrasi. Dari semua itu sambung Bey Triadi, ada dua yang menjadi fokus yaitu intervensi sensitif dan intervensi spesifik.
Dalam intervensi spesifik berkonsentrasi pada ibu dan anak, yang dilakukan sektor kesehatan mengenai asupan makanan, pencegahan infeksi, status gizi ibu, penyakit menular dan kesehatan lingkungan. Sedangkan intervensi sensitif meliputi penyediaan air minum dan sanitasi, pelayanan gizi dan kesehatan, peningkatan kesadaran pengasuhan dan gizi, serta peningkatan akses pangan bergizi.
“Tapi dengan upaya dari semua pihak. Itu kan ada intervensi. Intervensi sensitif, ibu dan anak dan intervensi spesifik. Ini harus dikerjakan bersama-sama. Sanitasi, air. Tidak hanya makanan. Semua harus diperhatikan bersama-sama,” ujarnya di Kabupaten Bandung, Senin 23 Oktober 2023.
Penulis : Mahira Dzikra
Editor : Maura Dzakiya
Halaman : 1 2 Selanjutnya