BANDUNG – Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 2 Jawa Barat Indarto Budiwitono membeberkan, merujuk pada data yang mereka miliki dengan rentang waktu dari Juni 2022 hingga 2023.
Jumlah debitur atau pihak yang mengajukan pinjaman di Indonesia pada layanan financial technology (Fintech) atau pinjaman online (pinjol), paling banyak berasal dari masyarakat Jawa Barat. Dimana yang sebelumnya berada di urutan kedua, kini melesat di urutan pertama melewati Provinsi DKI Jakarta.
Dia mengatakan terjadi kenaikan signifikan di Jabar, baik masyarakat yang membuka akun rekening pinjol maupun pengajuan pinjaman. Bahkan angkanya mencapai Rp14 triliun atau 27,6 persen dari total nasional di Rp52 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Jadi ini menggambarkan pertumbuhan masyarakat yang pinjam ke pinjol terus meningkat. Secara nasional 18 persen, Jawa Barat 27 persen. Angkanya jauh lebih tinggi dari rerata nasional. Ini perlu mendapatkan perhatian kita semua. Bicara account dan outstanding, dulu kita (Jabar) sedikit di bawah DKI Jakarta. Sekarang kita meningkat, di DKI menurun. Kita sekarang di urutan pertama,” ujarnya baru-baru ini.
Mayoritas Pinjaman Konsumtif
Indarto menyayangkan, peminjaman yang dilakukan masyarakat Jawa Barat cenderung bersifat konsumtif. Situasi ini menurutnya sangat dikhawatirkan, karena berpotensi besar terjadinya gagal bayar.
“Perlu mendapat perhatian, Juni 2023 jumlah pinjaman produktif hanya 42 persen. Lalu sekarang terjadi penurunan, dari 42 persen ke 35 persen. Jadi sekarang yang nonproduktif mencapai 65 persen. Ini perlu dapat perhatian, karena diharapkan masyarakat pinjam untuk tujuan produktif dan bukan bersifat konsumtif. Kalau produktif, sumber pembayarannya jelas,” ucapnya.
Penulis : Ton
Editor : Maura Dzakiya
Halaman : 1 2 Selanjutnya