“Kelebihan lainnya yang menjadikan vaksin Rotavirus buatan Bio Farma terdepan yaitu satu-satunya vaksin Rotavirus yang memakai bahan-bahan yang tidak mengandung unsur babi (porcine free) sehingga kedepannya saat vaksin ini launching, diharapkan merupakan vaksin Rotavirus yang halal pertama di dunia. Kelebihan lainnya yaitu Pengembangan vaksin ini mulai dari hulu ke hilir dilakukan di dalam negeri, sehingga nilai TKDN tinggi dibandingkan vaksin lainnya yang import sehingga terus dapat mendukung ketahanan dan kemandirian dalam negeri” tutur Adriansjah.
“Bio Farma melakukan kolaborasi transfer teknologi dengan Murdoch Children’s Research Institue (MCRI) dalam pengembangannya. Saat ini pengembangan vaksin rotavirus dalam tahap uji klinis fase 3 yang bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada dan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Uji klinis ini bertujuan untuk menilai efikasi vaksin pada 1400 bayi baru lahir dengan periode pengamatan hingga usia 18 bulan. Harapannya vaksin rotavirus yang dikembangkan oleh Bio Farma dapat menjadi salah satu program vaksinasi nasional agar dapat melindungi sejak dini generasi muda bangsa dari kematian dan keparahan penyakit gastroenteritis akibat infeksi Rotavirus” pungkasnya.
Rotavirus masih menjadi salah satu penyebab paling umum dari diare yang parah dan fatal pada anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia. Sejak diseleggarakan pertemuan di Minsk, 28 negara tambahan telah memperkenalkan vaksin rotavirus, sehingga total global menjadi 123 negara di seluruh dunia. Namun, kurang dari separuh negara di Kawasan Asia Tenggara yang secara rutin menggunakan vaksin rotavirus. Secara global, terlepas dari rekomendasi WHO bahwa vaksin rotavirus harus dimasukkan ke dalam program imunisasi nasional setiap negara, 58,6 juta anak di dunia tidak memiliki akses terhadap vaksin yang dapat menyelamatkan nyawa ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya