KAB. SUMEDANG — Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang terus berupaya keras menurunkan stunting di Sumedang. Selain memilik target zero new stunting atau tidak ada stunting baru, intevensi terhadap bayi stunting juga terus dilakukan secara kolaborasi, mobilisasi dan digitalisasi.
“Target kami, Sumedang bebas stunting. Kami tersus mengevaluasi diri untuk memperbaiki upaya upaya untuk menurunkan stunting,” kata Pj Bupati Sumedang Yudia Ramli, Senin 6 Mei 2024.5.6
Dari tahu ke tahun, prevalensi stunting di Sumedang terus menurun. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes RI, prevalensi stunting Kabupaten Sumedang berada pada angka 14,4% atau menurun sebesar 13,2% poin dibanding tahun 2022 (27,6%).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tahun 2022, prevalensi stunting Kabupaten Sumedang sebesar 27,6%. Angka ini menjadikan Sumedang sebagai Kabupaten tertinggi prevalensi stuntingnya di Jawa Barat dibandingkan kabupaten/kota lain. “Kondisi ini menjadi dorongan kuat bagi Pemda Kabupaten Sumedang untuk menguatkan kembali upaya-upaya konvergensi dalam percepatan penurunan stunting. Alhamdulillah berkat kolaborasi, tahun 2023 ini prevalensi stunting di Sumedang turun menjadi 14,4% atau menurun 13,2% dari tahun sebelumnya,” kata Yudia.
Menurutnya, Pemda Kabupaten Sumedang melakukan strategi untuk mengefektifkan intervensi gizi spesifik dan sensitif melalui kolaborasi, integrasi dan inovasi program penurunan stunting yang dikuatkan melalui program pasang sangkur dan KKN tematik GRMD terus dioptimalkan. “Pemanfaatan aplikasi Simpati dan Sinurmi sebagai alat monitoring dan evaluasi penanganan stunting kepada keluarga beresiko stunting terus dikembangkan dan dimasifkan pemanfaatannya,” katanya.
Penulis : Adi
Editor : Dhardiana
Halaman : 1 2 Selanjutnya