“Ini kalau kita tidak punya kemandirian dalam pasokan pakan, khususnya di sektor tanaman pangan. Meningkatkan produksi jagung, maka jangka panjang sulit turun kembali (harga ayam potong),” ucapnya.
Maka dari itu dia berharap, pemerintah dapat melakukan tindakan preventif dalam menjaga ketersediaan bahan baku produksi, dalam hal ini pakan ayam. Guna menormalisasi harga di kemudian hari.
“Langkah kita dari pemerintah adalah bagaimana meningkatkan produksi jagung yang komponen terbesar dalam pakan. Kalau pakan bisa ditekan, maka HPP akan turun dan peternak menikmati keuntungan saat harga jual turun. Sekarang masih sulit,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tidak hanya itu, sinergitas data mulai dari kabupaten/kota, provinsi hingga pusat diakuinya turut menjadi kendala. Situasi ini berujung dengan sulitnya melakukan mitigasi kata Bagus, meski sejauh ini sudah mulai dibenahi melalui Sistem Informasi Pengawasan Pangan dan Gizi (SIMAWASPAGI) yang dibuat oleh Pemprov Jabar.
“Belum terintegrasi. Data ada tapi tersebar. Itu tadi di SIMAWASPAGI kami mengharmonisasikan semua data yang tersebar. Baik di tingkat kota/kabupaten, provinsi sampai kementerian kita integrasikan jadi satu data Jabar di bidang pangan. Dari situ kita bisa pelajari, pergerakan baik dari rantai pasok fisik maupun rantai nilai. Akan lihat dimana harga yang tinggi. Penyebabnya apa, apakah di produsen, RPH atau konsumen,” terangnya.
Lebih lanjut Bagus menuturkan, kenaikan harga ayam potong pada saat ini tidak dapat diprediksi kapan akan berakhir, akibat situasi sekarang. Dimana mayoritas pakan bersumber pada impor dan otomatis berimbas terhadap harga ternak.
Penulis : Ton
Editor : Dhardiana
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya