Ia mengatakan, dari 150 karya di pameran Self Potrait 2 ada empat kecenderungan yang menjadi pembeda karya-karya lainnya. Pertama, memperlihatkan identitas secara utuh tanpa ada beban apapun. Entah itu ketampanan, kecantikan, atau merekam dirinya sebagai dokumentasi pribadi.
Kedua, karya yang memperlihatkan kecenderungan berbagai teknik dan cara memvisualisasikan wajahnya. Tapi tidak menghilangkan identitas wajahnya secara utuh.
Ketiga, hubungan antar potrait diri dengan berbagai hal, situasi kondisi yang berlangsung saat ini, serta mungkin terkait tentang kesejarahan pribadinya. Cukup banyak yang menggunakan poin ini dalam karya mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Lalu keempat, mengarah pada pecampuran ide potrait diri dengan masalah hari ini, seperti keterlibatan dirinya dengan makhluk sosial,” lanjutnya.
Menanggapi hal itu, Ketua Bandung Connex, Rifky Goro Effendy menuturkan, tema besar yang diusung dalam BAM 6 kali ini adalah ‘Menang’.
“Sebab kita sudah melewati masa Covid-19 dan tidak ada lagi pembatasan, jadi itu sebuah kemenangan dari masyarakat menghadapi Covid-19. Masyarakat kembali sustainable dari segi ekonomi budaya. Kesenian pun bisa menjadi marak pascapandemi ini,” aku Goro.
Ia menambahkan, Sanggar Olah Seni dijadikan sebagai pembuka BAM 6. Selain itu, BAM juga dilaksanakan di 45 tempat, di antaranya Selasar Sunaryo, Grey Art Gallery, Nu Art, dan ada beberapa lokasi lain yang jumlahnya akan terus bertambah setelah pembukaan.
“Kalau dari catatan itu ada yang sampai Oktober pamerannya,” katanya.
Dalam BAM 6, seni yang dipertunjukkan kebanyakan berupa seni rupa seperti lukisan, patung, keramik, dan kriya. Ada pula workshop crochet di dalam rangkaian ini.
Penulis : Adi
Editor : Dhardiana
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya